Wonosobo
dan Buah Maja
Kota di wilayah Jawa Tengah di bagian tengah yaitu Temanggung
- Wonosobo. Jawa Tengah bagian tengah ini rata-rata berudara sejuk.
Kehidupannya didominasi oleh pertanian. Tata kotanya cukup menarik dan rapi. Di
sana juga banyak peninggalan-peninggalan Hindu.

Konon, alasan
dinamakan Wonosobo adalah terinspirasi dari cerita Mahabarata yaitu Wanaparwa
dan Sabhaparwa. Sabhaparwa adalah kisah kelicikan Kaurawa yang mengalahkan
Pandawa dalam permainan Dadu sehingga Yudistira dan adik-adiknya kehilangan
segalanya dan terpaksa dibuang ke hutan. Sedangkan Wanaparwa adalah kelanjutan
dari kisah Sabhaparwa adalah bagaimana Pandawa menjalani 12 tahun
pengasingannya di dalam hutan.
Wonosobo memang erat
kaitannya dengan agama hindu walaupun pendiriannya dilakukan jauh setelah Islam
menjadi agama resmi kerajaan Mataram (Islam). Hal ini jelas dilihatkan oleh
penamaan beberapa tempat seperti pegunungan Dieng yang diambil dari kata “Dang”
dan “Hyang”. Yang artinya Sang Dewa. Belum lagi, di pegunungan Dieng juga
terdapat lima buah candi yang dinamakan sesuai dengan nama tokoh Pandawa.
Kemungkinan juga masih banyak candi hindu lainnya di daerah tersebut.
Nama Wonosobo kembali
muncul di jagad maya lantaran ada pendapat yang mengatakan bahwa Wonosobo dan
bahkan Indonesia adalah Negerinya Ratu Bilqis di jaman Nabi Raja Sulaiman.
Bahkan penemu teori tersebut menghubung-hubungkan Wonosobo dengan Petilasan
Ratu Boko di Sleman dan Candi Borobudur di Magelang.
Studi komprehensif
dari setiap unsur yang hendak dilibatkan dalam sebuah teori besar semacam itu
tentulah sangat diperlukan. Tidak serta merta dari satu sumber saja lalu
mencari kemiripan dengan hal-hal yang sedikit saja, seperti nama tempat dan
buah maja.
Tentang buah maja
saja, penggagas teori ini seolah-olah tidak mau mencicipinya sehingga langsung
mengatakan bahwa maja itu pahit (Majapahit). Padahal secara umum, maja itu
seperti jeruk yaitu manis.
Maja (Aegle
marmelos (L.) Correa, suku
jeruk-jerukan atau Rutaceae)
adalah tumbuhan berbentuk pohon yang
tahan lingkungan keras tetapi mudah luruh daunnya dan berasal dari daerah Asia tropika
dan subtropika.
Tanaman ini biasanya dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih
berkerabat dekat dengan kawista.
Di Bali
dikenal sebagai bila. Di Pulau Jawa,
maja sering kali dipertukarkan dengan berenuk,
meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda.
Tanaman ini mampu
tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem; misalnya dari 49°C pada musim kemarau
hingga -7 °C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat
mencapai +1.200m. Di Asia Tenggara,
maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang
kentara, dan tidak biasa dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi di lahan
berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa (salin).
Warna kulit luar buah
maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga. Aroma buahnya
harum dan cairannya manis, bertentangan dengan anggapan orang bahwa rasa buah
maja adalah pahit. Sebagaimana jeruk, buah maja dapat diolah menjadi serbat,
selai, sirop, atau nektar. Kulitnya dibuat marmalade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar